NEWSNews Feed

Satu Hari, Dua Bencana Besar Melanda Kabupaten Nganjuk

Longsor di Ngetos, Banjir Bandang di Beberapa Kecamatan di Nganjuk

satuwarta.id – Banjir bandang dan tanah longsor di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur pada Minggu 14 Februari 2021 dipicu oleh hujan deras. Wilayah Nganjuk yang diguyur hujan selama 5 jam tersebut mengakibatkan Sungai Kuncir, di Desa Kuncir, Kecamatan Ngetos meluap. Debit air yang terlalu tinggi membuat tanggul tidak bisa membendungnya. Sehingga air meluap ke pemukiman warga.

Air bah menerjang mengakibatkan beberapa wilayah antara lain Kecamatan Berbek, tepatnya di Desa Sendangbumen, Sonopatik, dan Grojogan. Di beberapa desa di Kecamatan Berbek, ketinggian air antara 1 meter hingga 2,5 meter.

Banjir juga menerjang wilayah Kecamatan Nganjuk kota. Luapan air merendam Kelurahan Ploso, Jatirejo, Payaman, dan Ganungkidul. Luapan air setinggi 40 cm hingga 80 cm, juga sempat masuk ke rumah-rumah warga.

Selain itu, banjir juga terjadi di Kecamatan Loceret, air meluap di Desa Sukoharjo dan perumahan Candirejo. Ketinggian mencapai 100 cm hingga 120 cm, sehingga banyak rumah warga ikut terendam banjir. Menyusul, Keluraha Tanjungrejo, air mencapai ketinggian 30 cm hingga 80 cm.

Bukan hanya menggenangi rumah-rumah warga, banjir juga meluber ke jalan-jalan protokol hingga pekarangan dan persawahan warga.

Sementara itu, di hari yang sama bencana tanah longsor terjadi di Dusun Selopuro, Desa/Kecamatan Ngetos. Sejumlah rumah tertimbun longsor besar yang berasal dari perbukitan.

Aries Trio Effendi, relawan Taruna Siaga Bencana (Tagana) Nganjuk di lokasi mengatakan, puluhan warga yang selamat diungsikan ke rumah kepala desa setempat dan di Puskesmas Ngetos. Sampai Senin pagi 15 Februari 2021, diinformasikan, masih ada 16 jiwa yang masih tertimbun longsor dan belum berhasil dievakuasi. 
Sementara dua orang meninggal dunia, masing-masing bernama Khazanah, 46, dan Sri Utami, 31, yang ditemukan meninggal dalam kondisi hamil 4 bulan.

Hingga berita ini diturunkan, tim anggota Tagana Nganjuk bersama TNI, Polri, pejabat, dan warga terus melakukan penyelamatan dan pencarian korban. Hanya saja, karena kondisi medan sangat licin, maka usaha penyelamatan tidak dapat berjalan maksimal. Lebih-lebih, kondisi tanah yang longsor berada di barat sungai, sehingga sulit untuk menyeberang.

Menurut Aries, penyebab longsor adalah kondisi tanah miring. Sedangkan, permukiman warga berada di bawahnya.

“Setahun yang lalu sebenarnya sudah diketahui kondisi tanah banyak yang retak. Ternayata, sekarang benar-benar terjadi longsor setelah terjadi hujan lebat,” tegas Aries.

Akibat bencana longsor, lanjut Aries, banyak warag yang trauma dan stress. Mereka tetap ingin tinggal di tempat yang lebih aman dan tidak ingin kembali ke rumahnya. (*)

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
Close
Close