Pos Kemanusiaan SARMMI Bantu Anak-Anak NTT Bangkit
satuwarta.id – Desa Sagu yang mayoritas warganya berprofesi nelayan, semula merupakan pemukiman elok nan tenang. Namun banjir bandang yang mengganas di wilayah NTT, membuat desa Sagu seperti desa lain di NTT luluh lantak. Sejumlah rumah roboh dan hanyut, ekonomi pun sempat lumpuh.
Sementara anak-anak mengalami trauma.
Membantu anak anak desa yang berada di kecamatan Adonara Timur, kabupaten Flores Timur, NTT itu Relawan Mapala Muhammadiyah mendirikan posko kemanusiaan, yang diinisiasi oleh Al Ghifari dari SARMMI (SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia) bersama Irchamsyah dari CAMP STIEM Jakarta, serta Andi Agil dan Zainal Alichsan dari Mamupa IKIP Muhamamdiyah Maumere.
“Sejak hari pertama mendampingi warga desa Sagu, anak-anak sudah kami prioritaskan. Mereka mengalami trauma pasca banjir bandang. Ada sekian materi psikososial untuk mereka. Kami selenggarakan berulang-ulang selama beberapa hari. Materi untuk hari ini adalah Ice breaking, game tradisional dan permainan mewarnai,” kata ketua relawan SARMMI Al Ghifari (19/4/2021).
Beberapa hari usai posko kemanusiaan didirikan, bergabung dua relawan Batara Guru Rescue Luwu Timur yakni Mustamun dan Taufik Syam, serta empat relawan dari IAIN Palopo yang masing-masing Jacky Talib, Ishak, Bayu Imam dan Ilham Andi.
Semua materi, ditambahkan Al Ghifari mengandung edukasi, diselenggarakan dengan gembira, serta melibatkan peran aktif tiap anak-anak yang mengikuti psikososial. “Terima kasih kakak Mapala.” Begitu ucapan riang para bocah bersemangat itu usai mengikuti materi dari relawan yang mendampingi mereka. Ucapan sederhana yang polos, sekaligus menyiratkan ketulusan yang menggugah nurani siapa saja yang mendengarnya.
Bocah-bocah itu hatinya memang baik. Saat tak ada kegiatan untuknya, mereka bermain di sekitar posko kemanusiaan yang letaknya hanya beberapa meter dari laut yang ombaknya tidak ganas. Bila mendapati relawan sedang sibuk mengatur bantuan untuk warga desa Sagu, para bocah ini langsung reaksi cepat membantu, padahal tidak diminta. Ada yang menghitung mie instan. Ada yang memasukan beras ke plastik. Sebagian menyingkirkan kardus.
Beberapa bocah berebut mengangkat bantuan yang sudah dikemas lalu menghitungnya walaupun sering salah jumlah karena terhitung dobel. Seru. Juga lucu. ” Tiap bertemu warga sini, mereka mengajak mampir ke rumahnya. Padahal tahu sendirilah kondisi rumah mereka pasca banjir. Mereka sangat senang saat kami bertandang. Padahal kami tidak membawa apa-apa saat mampir,” kata Irchamsyah dari CAMP.
Andi Agil dari Mamupa mengatakan warga selalu memperhatikan relawan. Menanyakan kesehatan kami. Tiap hari ada saja warga yang mengajak berbuka puasa di rumahnya.
“Ajakan mereka sungguh-sungguh. Bahkan kalau malam, ada warga datang ke posko dan meminta kami tidur di masjid Muchlisin Sagu. Agar kami tak kedinginan, karena posko kami tak berdinding sehingga angin laut bebas masuk tanpa penghalang.” katanya.