Hambatan Pendidikan Inklusi Bertambah di Masa Pandemi
satuwarta.id – Dunia pendidikan menghadapi tantangan besar selama pandemi covid-19 dalam satu tahun terakhir. Termasuk bagi bagi pendidikan inklusi yang sebenarnya sudah banyak tantangan sejak sebelum pandemi.
Sama seperti pendidikan reguler, selama pandemi dunia pendidikan menerapkan metode pembelajaran jarak jauh. Untuk pendidikan inklusi, konsep belajar anak inklusi selama pandemi lebih dikembangkan untuk membangun karakter anak.
“Pertama mereka diberi materi tertulis untuk rumah. Kedua lewat video call. Pengajar pendidikan inklusi diwajibkan video call untuk mengetahui kesulitan anak. Kalau anak reguler sekali video call sudah cukup, kalau inklusi lebih sering. Yang terakhir home visit, dengan intensitas lebih tinggi, ” kata Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Kediri Ibnu Qoyim, kepada satuwarta.id Selasa, (13/04/2021).
Kota Kediri sendiri, menurut Ibnu masih membutuhkan tambahan tenaga pengajar bagi anak-anak inklusi. Saat ini di kota Kediri terdapat 17 lembaga pendidikan inklusi setara SD, dan 5 lembaga setara SMP.
“Guru reguler saja kita kurang, apalagi yang inklusi. Karena guru inklusi harus punya keahlian khusus. Dan sebenarnya juga harus punya ijazah khusus guru pendamping anak inklusi,” tambah Ibnu.
Ibnu juga berpesan kepada para tua, untuk tidak menutupi keadaan anaknya. Karena jika orang tua mengetahui kekurangan anak, maka anak bisa mendapatkan assessment lewat psikiater atau psikolog. Setelah diperiksa psikolog maka anak inklusi akan dibenahi kekurangannya di inklusi.
“Kalau orang tua tidak bisa menerima kondisi anak, memaksa anak masuk kelas reguler, kekurangan itu malah akan dilihat temannya. Anak- anak yang belum paham norma akan terpancing untuk melakukan bullying (perundungan),” tutup Ibnu.